CIREBON – Anggota Komisi VII DPR RI Diah Nurwitasari mendorong para pelaku industri tanah air untuk menggunakan energi baru dan energi terbarukan (EBET/renewable energy) yang notabene ramah lingkungan dalam proses produksinya. Hal itu disampaikan Diah saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII ke PT Long Rich Indonesia dan PT Kreasi Garment Cirebon, Jawa Barat.
“Dari dua industri di Cirebon Jawa Barat yang kami kunjungi hari ini. Keduanya mengaku sudah menggunakan energi baru dan energi terbarukan yang ramah lingkungan. Meskipun persentasenya masih belum besar. Itu tentu sangat kami apresiasi,” ujar Diah kepada Parlementaria, di Jakarta, Kamis (23/11/2023).
Pasar Amerika dan Eropa menuntut tiap produk ekspor ke kedua negara tersebut menggunakan green energy. Sehingga, hal ini menjadi tantangan tiap industri dalam negeri untuk menggunakan EBET tanpa harus mengalami kenaikan harga
Meski demikian, lanjut Diah, kedua perusahaan tersebut mengakui bahwa, penggunaan renewable energy di kedua perusahaan tersebut sejatinya merupakan tuntutan pasar di Amerika dan Eropa. Sebab, pasar di kedua negara maju tersebut meminta tiap produsen produk ekspor harus menggunakan green energy dari energi terbarukan.
Bahkan ada tuntutan secara global lewat kampanye-kampanye untuk masyarakat yang harus membeli produk yang mendukung green energy dan sebagainya.
Oleh karena itu Politisi dari Fraksi PKS ini mendorong terus penggunaan EBET pada sektor industri. Sehingga bukan hanya sekadar tuntutan pasar Eropa, melainkan juga kesadaran untuk mulai kembali pada energi yang bersih atau green energy.
Dalam kesempatan itu, PT Long Rich Indonesia memaparkan bahwa selama ini pihaknya menggunakan 40 persen energi terbarukan dari pembangkit listrik tenaga panas bumi Kamojang, Garut Jawa Barat. Sementara PT Kreasi Garment menggunakan solar atau panel surya.
“Namun, kami juga berharap pemerintah juga memberikan kemudahan, dalam hal harga. Jangan sampai karena dorongan kita menggunakan energi terbarukan pada sektor industri, tapi kemudian terjadi kenaikan harga produk yang dihasilkan. Ini pada akhirnya juga akan berimbas pada industri dan masyarakat luas,” pungkasnya. (ayu/rdn)